Model Desain Pembelajaran IDI



BAB I
PENDAHULUAN

Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi dengan tujuan untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" siswa merespon pembelajaran dengan tingkat mencapai 3 (tiga) apek tujuan pembelajaran. 
Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung ( Tertulis atau non tertulis) dan dapat diukur secara ilmiah dan berupa asumsi, akibat dari perkembangan pendidikan didunia dan perubahan sistem yang berlaku dalam dunia pendidikan sekarang yang begitu maju, muncullah berbagai ide dalam sistem pengembangan-pengembangan pembelajaran. Salah satu sistem pendidikan tersebut adalah sistem yang dikenal dengan sebutan IDI (Intructional Development Institute).
Dalam makalah ini, penulis akan membahas desain pembelajaran dengan model IDI, tujuannyaadalah supaya pembaca dan penulis dapat memahami apa yang akan hendak kita benahi sebagai guru dan juga calon guru yang profesional dalam mendesain proses pembelajaran yang efektif.





BAB II
MODEL DESAIN PEMBELAJARAN IDI
A.   DEFENISI
Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran. Konsep desain pembelajaran pertama sekali dimanfaatkan pada perang dunia II dan sesudahnya.
Desain intruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.[1]
Desain Pembelajaran Model IDI adalah Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari tehnologi pendidikan.
B.   MODEL DESAIN PEMBELAJARAN IDI
Pengembangan instruksional model IDI (Instruksional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).[2]
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya.
Model desain IDI ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan :
1.    Apa yang dikuasai (kompetensi dasar) Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
2.    Apa/bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar), sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan/ termasuk penggunaan tehnologi pendidikan yang digunakan..
3.    Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi) pengembangan evaluasi yang dimaksud disini adalah merancang pengevaluasian guru terhadap proses belajar.
C.   TAHAP TAHAP MODEL DESAIN PEMBELAJARAN IDI
Pada model IDI terdapat tiga tahapan besar yang harus dilakukan dalam merancang model penentuan atau pembatasan (define), pengembangan (develop), dan evaluasi atau penilaian (evaluate). Dan pada setiap tahapan besar dibagi lagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :[3]
1.    Define (Penentuan)
Langkah-langkah penentuan meliputi :
·         Identifikasi masalah
Identifikasi masalah diawali dengan menentukan tingkat kebutuhan siswa akan kebutuhan pengalaman belajar yang akan diberikan. Dari perbedaan apa yang ada sekarang dengan apa yang diharapkan dapat diketahui masalahnya. Dan ketika sudah diketahui masalahnya maka kita menentukan tujuan dan alternative pemecahan masalah.
·         Analisis Latar
Dalam model perencaan pengajaran model IDI adalah analisis terhadap hal-hal berikut :
-       Karakteristik siswa : Karakteristik siswa berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya baik dalam hal bakat, minat, potensi, motivasi, tingkat kecerdasan intelektual maupun tingkat kecerdasan emosional. Melihat karakteristik yang berbeda-beda maka program, pengelolaan dan pendekatan pengajaran juga harus memperhatikan segi-segi perbedaan tersebut termasuk sistem instruksional yang dikembangkan.
-       Kondisi : Kondisi adalah keadaan lingkungan baik fisik mapun social yang ada di sekitar siswa dan sekitar sekolah. Semuanya harus diperhatikan dengan cara seksama dan cermat agar tidak menjadi hambatan dalam kegiatan pengajaran, tetapi sebaliknya semuanya diuapayakan dapat memeberikan dukungan terhadap kegiatan pengajaran.
-       Sumber-sumber yang relevan : Sumber-sumber belajar baik yang dirancang maupun tidak dirancang, baik human maupun non-human semuanya harus di manfaatkan secara baik dan optimal.
-       Pengelolaan organisasi : Pengembangan model perencanaan pada dasarnya bagaimana mengorganisasikan pekerjaan apa yang harus dikerjakan, siapa saja yang akan mengerjakan, siapa yang mengerjakan dan kapan serta dimana model perencanaan pengajaran harus dikerjakan atau dibuat.


2.    Develop (pengembangan)
Langkah-langkah pengembangan meliputi sebagai berikut :
·         Identifikasi tujuan
Yang dimaksudkan di sini identifikasi tujuan pengajaran mulai dari tujuan instruksional umum (kompetensi dasar) yang disebut juga terminal object dan kemudian dijabarkan menjadi tujuan instruksional khusus dan disebut juga behavioral objectives (indikator pembelajaran). Tujuan instruksional khusus atau indicator hasil belajar sangat diperlukan dalam pengembangan model instruksional.
·         Penentuan dan pemilihan metode
Metode sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai ukuran dalam memilih dan menggunakan metode mengajar adalah Urutan/ isi bahan mata pelajaran yang akan disajikan dan Bentuk dan tempat kegiatan yang akan dilakukan, Dalam penentuan metode termasuk didalamnya metode pengajaran yang dipilih dan disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi pembelajaran yang ada dan tercipta.
 
3.    Evaluate (evaluasi)
Langkah-langkah evaluasi meliputi :
·         Tes uji-coba
Uji coba bisa dilakukan terhadap teman-teman guru atau mahasiswa sebagai, bisa juga langsung terhadap siswa sebagai sampel. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan serta efektivitas dan efisiensi program pengajaran yang telah disusun dan dibuat.
·         Analisis hasil
Setelah di ujicobakan kemudian dianalisis berkenaan tiga hal sebagai berikut :
-       Apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai?, bila tidak tercapai apakah rumusan tujuan yang telah dibuat sudah cukup operasional atau belum.
-       Apakah metode/teknik atau pendekatan dan sumber belajar yang digunakan sudah sesuai dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan, mengingat adanya perbedaan karakteristik pada diri siswa.
-       Apakah terdapat kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi. Dan apakah hal-hal yang perlu dievaluasi secara keseluruhan dengan baik dan benar.”[4]
D.   KEUNGGULAN MODEL IDI
Model IDI bermanfaat untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources ( sumber, akal,ide) dan mengharapkan untuk menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.”[5]
Kekunggulan lain dari model IDI adalah model ini dapat dijadikan perbaikan oleh guru dari pengalaman sebelumnya, jika dikaitkan dengan pembelajaran maka hasil belajarnya pun akan lebih baik, dilihat dari insight atau pengalaman, penggunaan tehnologi pendidikan lainnya dan evaluasi yang sudah di rancang sedemikian rupa”[6]
E.   KELEMAHAN MODEL IDI
Desain Pembelajaran model IDI tidak terlepas dari keterbatasan atau kelemahan tertentu, adapun kelemahan model ini adalah : Model IDI Membutuhkan dana dan fasilitas dalam proses pembelajaran, baik dalam penggunaan media, alat atau bahan sehingga membutuhkan biaya yang lebih untuk menunjang proses pembelajaran sedangkan fasilitas sekolah masih minim.


BAB III
KESIMPULAN

Desain Pembelajaran Model IDI adalah Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari tehnologi pendidikan.
Pelaksanaan sistem model desain pembelajaran IDI akan bermanfaat kepada guru untuk menciptakan suasana belajar yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Hal penting dalam tahapan untuk merancang dan melakukan model IDI dalam desain pembelajaran adalah tahap penentuan atau pembatasan (define) yaitu menentukan tingkat kebutuhan dalam pengalaman belajar, sehingga guru dapat  menentukan tujuan dan alternative pemecahan masalah didalam proses pembelajaran. Kemudian tahap pengembangan (develop) yaitu Peningkatan indikator pembelajaran, metode yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu Urutan/ isi bahan mata pelajaran termasuk didalamnya pengembangan silabus, RPP dll. dan evaluasi atau penilaian (evaluate) yaitu penilaian secara fisik dari tujuan pembelajaran yang diharapkan, penilaian dapat berupa pre-tes ataupun post-tes juga sumatif-formatif dan diangnostik.






DAFTAR PUSTAKA

Gafur, Abdul.. Disain Instruksional. ( Solo : Tiga Serangkai. 1989)
Busri, Hasan dan Musman. Pengembangan Sistem Instruksional. ( Surabaya : UNESA. 1988)

Mbulu, Joseph. Pengembangan Sistem Pembelajaran ( Malang : UNM. 1999)
Mudhoffir. Teknologi Instruksional.( Bandung : Remaja Rosdakarya. 1993)
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,( Kencana Prenanada Media, Jakarta, cet. Ke-1, 2008)

Model-Model Desain pembelajaran http://mbegedut.blogspot.com /2011/01/model-model-desain-pembelajaran.html. Diakses tgl 19 Maret 2016
Rusman. Model-Model Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2010)

[1] Gafur, Abdul.. Disain Instruksional. ( Solo : Tiga Serangkai. 1989)

[2] Model-Model Desain pembelajaran http://mbegedut.blogspot.com/2011/01/model-model-desain-pembelajaran.html.  Diakses tgl 19 Maret 2016

[3] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenanada Media, Jakarta, cet. Ke-1, 2008.


[4] Mudhoffir. Teknologi Instruksional.( Bandung : Remaja Rosdakarya. 1993)
[5] Busri, Hasan dan Musman. Pengembangan Sistem Instruksional. ( Surabaya : UNESA. 1988)
[6] Rusman. Model-Model Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2010)


Komentar

  1. Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Tentang Roh Kudus

Eksposisi Kitab Filipi 2:1-11