Eksposisi Kitab Filipi 2:1-11


Kristus Adalah Teladan Kita
Eksposisi Kitab Filipi 2:1-11
1.    Menyelidiki bahasa yang dipakai
             Perjanjian Baru merupakan kitab suci umat Nasrani. PB seluruhnya ditulis dengan menggunakan bahasa Yunani kuno pasaran (Koine). Penulisannya menggunakan sistem aksara yunani kuno yang dikenal dengan istilah alfabet. Istilah ini berasal dari dua simbol atau huruf pertama dalam sistem aksara ini yakni alfa (α) dan beta (β). Sistem aksara ini tetap digunakan sampai sekarang, namun dengan pelafalan yang berbeda dengan zaman kuno. memahami hal itu ada baiknya kita melihat latar belakang bahasa yang dipergunakan di Palestina pada abad pertama dimana Perjanjian Baru ditulis. Kita sudah mengetahui bahwa sejak abad-5sM (zaman Ezra, Neh.8:9), bahasa Ibrani yang terdiri hanya huruf-huruf konsonan sudah tidak dimengerti oleh umumnya orang Yahudi, dan sebagai bahasa percakapan kemudian digantikan oleh bahasa Aram. Alexander (abad-4sM) raja Yunani yang menguasai kawasan dari Yunani, Asyur, Media, Babilonia, sampai Mesir, menyebabkan pengaruh helenisasi menguasai Palestina pula, lebih-lebih dibawah wangsa Ptolomeus dan Seleucus pada abad-3-1sM helenisasi khususnya bahasa makin tertanam di Palestina sehingga kitab Tenakh Ibrani diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi Septuaginta di Aleksandria (abad-3-2sM). Masa itu sebagian umat Yahudi sudah tidak lagi bisa berbicara bahasa Ibrani kecuali mereka yang menjadi ahli kitab yang bertugas di Bait Allah dalam salin-menyalin kitab suci.
 “Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi di pengadilan dan bahasa pergaulan sehari-hari, seperti yang terlihat dalam tulisan-tulisan di atas papirus, surat-surat cinta, tagihan, resep, mantera, esai, puisi, biografi, dan surat-surat dagang, semuanya tertulis dalam bahasa Yunani, bahkan tetap demikian hingga masa pendudukan Romawi. … bahasa Aram menggantikan bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan di Palestina, dan Helenisme mendesak Yudaisme.” (Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, h.23-24, 29).”Bahasa Yunani, secara meluas dimengerti di Palestina, terutama di ´Galilea wilayah bangsa-bangsa lain´ seperti yang disebut dalam Mat.4:15. … agar berhasil dalam perdagangan, penguasaan bilingual adalah keharusan. Bilingualisme memiliki akar historis pada abad-2sM ketika wangsa Seleukus melakukan kebijakan helenisasi penduduk Palestina. Sekalipun reaksi Makabe menunda sejenak proses helenisasi, tanpa bisa dicegah budaya dan bahasa Yunani meresapi Palestina.”
Bahasa Aram sebagai bahasa ibu diiringi bahasa Yunani koine digunakan oleh Yesus dan para Rasul dalam pemberitaan Injilnya, dan bukan Tenakh Ibrani melainkan Septuaginta Yunanilah yang digunakan oleh umat pada saat awal kekristenan. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru dikutip dari Septuaginta, sisanya dari berbagai naskah Ibrani.”Septuaginta … Pada masa Kristus, kitab tersebut telah tersebar luas di antara para Perserakan di wilayah Timur Tengah dan menjadi Kitab Suci Jemaat Kristen yang mula-mula.” “Septuaginta adalah Alkitab yang digunakan oleh Yesus dan para rasul. Sebagian besar kutipan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru dikutip langsung dari Septuaginta, sekalipun itu berbeda dengan teks Masoret.”
………….Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, dibawah bayang-bayang Septuaginta yang menerjemahkan Yahweh/Adonai menjadi ´Kurios´ dan El/Elohim/Eloah dengan ´Theos.´ Bahasa Yunani yang populer adalah bahasa Yunani Koine (umum) dan bukan bahasa Yunani tinggi (Attic) yang digunakan dalam kesusasteraan Yunani klasik. “Pada abad pertama, Yunani Koine, telah menjadi lingua franca di seluruh kerajaan Romawi.”
Kitab-kitab Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani Koine yang bervariasi sesuai dengan kemampuan bahasa penulisnya, misalnya kitab Lukas, Kisah dan Yakobus bahasa Yunaninya bagus tetapi bahasa Yunani kitab Wahyu kurang baik tatabahasanya. Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani pada sekitar tengah kedua abad-1M, dan pada abad-2M diterjemahkan ke dalam bahasa Aram Siria (Old Syraic) yang dikenal sebagai Alkitab Peshitta, dan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin Kuno (Old Latin).



2.    Mengenal Jenis Kesusteraan (genre) yang dibaca
Genre kitab ini berbentuk surat, Filipi dinamai menurut nama Filipus dari Makedonia, Ayah Aleksander Agung. Kota itu merupakan koloni Roma dengan hak-hak untuk memerintah sendiri dan kebebasan dari pajak. Banyak penduduknya yang bangga menjadi peramal warganegara Roma. Kisah kunjungan Paulus dalam Kisah Para Rasul 16:11-40 menceritakan tentang pertobatan Lidia, perjumpaan dengan seorang budak perempuan yang menjadi peramal, dan kisah Paulus yang kemudian ditangkap dan secara ajaib keluar dari penjara. Sang rasul dan rekan-rekannya beberapa kali mengunjungi kota itu pada tahun-tahun berikutnya.
3.    Mempelajari Latar Belakang Budaya, Sosial, dan Sejarah Penulisan Kitab
            Paulus menulis Surat Filipi dengan beberapa alasan: untuk memberitahu orang-orang Filipi bahwa kesukaran-kesukaran yang dialaminya merupakan alasan untuk bersukacita (1:12-26); untuk berterimakasih kepada mereka atas dukungan yang diberikan (1:3-7; 2:25; 4:14, 18). Untuk menganjurkan kesatuan ancaman-ancaman yang dihadapi gereja (3:2-18).
            Kota Filipi dulunya bernama Krenides. Krenides dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air. Kota ini terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi penghubung antara daerah timur dan barat romawi. Nama Filipi berasal dari nama seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini.
            Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang. Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah terjadi peperangan antara Brutus dan Cassius melawan Antonius dan Augustus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi. Tidak mengherankan bila para budak, veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur dikota ini.
                        Kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi. Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadat Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang yang terletak di luar kota. Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:13. Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam perjalanannya di Eropa.  
            Ciri khas Surat Filipi adalah:
·         Sukacita dari dalam penjara
·         Pujian Kristus
·         Kehidupan yang memiliki tujuan
            Tempat ditulis: Dalam penjara (1:7, 13, 17). Penulis surat ini adalah Paulus. Pada waktu menuliskan surat ini, Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (Fil. 1:7, 14, 17). Lokasi penjaranya tidak diketahui dengan pasti. Muncul beberapa dugaan bahwa Paulus mungkin ditempatkan di penjara Roma, Kaisarea atau Efesus. Namun, bila mengacu pada Filipi 1:22, yang menyebutkan tentang “istana kaisar” maka besar kemungkinan penjara yang dimaksud adalah penjara di kota Roma. Waktu penulisan surat ini diyakini ditulis pada musim semi (antara bulan Maret-Juni) tahun 58 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59 atau tahun 53-56. Penerima surat adalah Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50. Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kis. 16:33b), orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kis. 16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kis. 16:14). Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus.   
4.    Mempelajari Konteks Nast yang Hendak Ditafsir
            Paulus membahas masalah perpecahan yang sedang mengancam orang-orang kudus di Filipi. Sejumlah orang tertentu di antara mereka sedang bertikai, dan ada perpecahan di dalam tubuh jemaat. Hal ini terjadi secara konstan di hampir semua gereja. Orang saling menyinggung, mereka kesal melihat cara orang lain melakukan berbagai hal. Mereka tidak suka sikap atau nada suara seseorang. Lalu golongan-golongan kecil tanpa struktur formal dan perpecahan-perpecahan yang selalu bersifat destruktif bagi kehidupan dan vitalitas gereja mulai berkembang. Oleh karena itu, Paulus menunjukkan kepada orang-orang ini bahwa Kristus adalah teladan kita dalam menyelesaikan berbagai kesulitan dan masalah.  
            Maksud Surat
Dari isinya nampak Paulus punya sejumlah alasan untuk menulis surat kepada orang Filipi.
a.    Ia ingin menyatakan terima kasih karena pemberian-pemberian yang mereka kirimkan kepadanya
b.    Ia ingin memberitakan keadaannya sendiri dan menghilangkan kecemasan mereka, bahwa pemenjaraannya merupakan kemunduran bagi Injil (1:12-26). Ia ingin memberitahukan rencananya untuk mengutus Timotius kepada mereka, dan selanjutnya ia sendiri akan datang (2:19-24).
c.    Ia merasa perlu menjelaskan alasannya mengirimkan kembali Epafroditus kepada mereka, karena rupanya mereka bermaksud bahwa Epafroditus tetap menyertai dan membantunya (2:25-30).
d.    Berita yang disampaikan kepadanya menunjukkan adanya bahaya perpecahan dan semangat partai di antara orang Kristen Filipi. Dan ia ingin memperinagtkan mereka untuk hidup, berbuat, dan bersaksi dalam kesatuan Roh. (1:27; 2:1-11; 4:2).
e.    Ia pun tersadarkan akan bahaya bahwa mereka dipengaruhi oleh Yudais. Dan ia ingin mengingatkan mereka dan menunjukkan kepada mereka, bahwa legalisme adalah penyangkalan asasi terhadap Injil (3:3-11).
f.     Akhirnya, tulisannya ini memberi kesempatan kepadanya untuk memberi semangat kepada orang Kristen Filipi untuk menderita dengan gagah, dan untuk mempercayakan hidup mereka kepada Tuhan dalam segala hal dan adalam segala keadaan (1:27-30; 2:12-18; 3:17-21; 4:4-9).
Kekhususan Surat Filipi
a.    Sering orang mencatat bahwa sukacita merupakan tema utama surat ini. Kata benda atau kata kerja sukacita dipakai enam belas kali. Kita melihat Paulus bersukacita dalam doa (1:4), bersukacita dalam buah pekerjaannya (4:1), bersukacita dalam pengetahuan tentang pemberitaan Injil (1:18), bersukacita dalam penderitaan, sekalipun itu berarti kematian (2:17). Ia menasehati pembacanya untuk bersukacita dalam Tuhan (3:1 dan 4:4). Ia ingin supaya mereka bersukacita iman (1:25), bersukacita dalam persekutuan (2:28), dan seperti ia, bersukacita dalam pengadilan dan penderitaan seklaipun (1:29).
b.    Persekutuan juga merupakan pikiran utama Surat ini.
c.    Injil juga merupakan tema utama surat ini.
d.    Memperlihatkan hasrat rohaninya. Kita melihat kesempurnaan keterikatannya pada Yesus Kristus, dan ketulusan keinginannya untuk mengenal Dia dan memasyurkan Dia.    

5.    Mengeksposisikan Teks
(1)  Nasihat agar sehati sepikir (Musuh di dalam) 2:1-4
            Dalam pasal dua Tuhan Yesus dihadapkan sebagai teladan kita yang tertinggi. Dengan teladan itu Tuhan mendorong kita mendorong kita kepada kehidupan Kristen yang lebih tinggi dan lebih suci. Ia memanggil kita agar mengikuti teladan-Nya, teladan kerendahan hati-Nya. Tuhan Yesus dihadapkan sebgai Almasih yang sempurna, Almasih yang lengkap, yang dapat menguatkan kita agar mengikuti teladan-Nya karena Roh Kudus yang mendiami hati kita. Karena kerendahan hati-Nya, Kristus telah mempersatukan diri-Nya dengan kita manusia untuk menyelamatkan kita. Keselamatan itu menjadi dorongan bagi kita sekalian agar menjadi satu didalalm Kristus Yesus. Ayat satu berhubungan dengan ayat 27 dalam pasal satu. Dalam ayat itu Rasul Paulus meminta supaya mereka sehati sejiwa dalam Tuhan, supaya berdiri teguh dalam menghadapi penganiayaan yang datang dari luar jemaat. Dalam Yesus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan dengan Roh Kudus, dan juga ada kasih mesra dan belas kasihan. Semua orang rata-rata perlu nasehat. Karena itu, baiklah kita menolong mereka. Semua orang rata-rata memerlukan penghiburan kasih. Karena itu, dalam perkataan ini terdapat suatu panggilan supaya semua orang saling mengasihi. Paulus berkata dalam 1 Kor. 13, “Jikalau aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.”
            Tentang pengiburan kasih, kita boleh bertanya: yang manakah lebih bahagia, mengasihi orang atau dikasihi orang? Sebenarnya mengasihi orang dan menerima kasihi orang, keduanya sama-sama mendatangkan keberanian, kekuatan, dan penghiburan. Dalam Kristus ada “nasihat” dan dalam bahasa Yunani kata itu juga berarti “dorongan”. Jadi, dalam Kristus ada dorongan kepada persatuan dan segala maksud mulia yang kita jumpai dalam pasal ini. Dalam Kristus kita dapati penghiburan kasih. Penghiburan kasih menunjukkan kepada kita jalan perdamaian.     Dalam Kristus ada persekutuan Roh Kudus atau persekutuan dengan Roh Kudus. Ini berarti kita ada di dalam suatu perserikatan dengan Roh Kudus. Oleh Roh Kudus kita sekalian mendapat suatu perangai yang sama, yaitu memajukan Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.
(2)  Kristus teladan kita 2:5-11
            Dalam Kristus terdapat derajat Kristen yang mutlak. Dalam Dia terdapat teladan yang termulia. Dengan kata lain, ada suatu pancaran sungai yang besar yang mengalir dan membanjiri sampai hilang segala penyembahan diri sendiri. Jikalau kita ingin mencapai dan mengalami kerendahan itu, kita harus memiliki akar kerendahan itu, yaitu Kristus Yesus.
a.    Kerendahan hati Kristus 2:5-8
            Maksud Paulus dalam ayat-ayat ini, yaitu memperlihatkan teladan Tuhan Yesus dalam hal Ia melupakan diri dan perkaranya sendiri serta menyerahkan diri karena orang lain. Paulus menghadapkan pikiran Kristus kepada orang-orang Filipi sebagai teladan supaya mereka menaruh pikiran Kristus dalam hidup mereka.
            Harga keselamatan telah dibayar oleh Firman, yaitu Tuhan Yesus, pada mulanya bersama-sama dengan Tuhan Allah dan merupakan satu pribadi daripada Allah Tritunggal. Ia telah merendahkan diri-Nya dan seolah-olah menjadi seorang buangan dari takhta kerajaan semesta alam, meninggalkan kemuliaan yang memang ada pada-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia dengan cara yang sesungguhnya sampai Ia tetap menjadi Anak Manusia. Penjelmaan, kehidupan, dan kematian Yesus adalah teladan yang terbesar yang menyatakan kerendahan hati dan penyerahan diri sendiri. Penjelmaan-Nya menjadi manusia merupakan kerendahan yang terbesar bagi-Nya. Karena kasih-Nya Ia mengambil tubuh manusia dan kematian-Nya menjadi puncak ketaatan-Nya kepada Allah dan kasih-Nya kepada kita.
            Dalam ayat-ayat ini terlihat tabiat Tuhan Yesus, yaitu tabiat ketuhanan dan tabiat kemanusiaan. Tabiat ketuhanan dinyatakan dalam perkataan ini: “Walaupun dalam rupa Allah”, yaitu mempunyai tabiat ketuhanan sebagai Anak Tunggal Allah. Ini sesuai dengan perkataan yang terdapat dalam Injil Yoh.1:1, Kol. 1:15, Ibr. 1:3, Fil. 2:6, Yoh. 10:30, Yoh. 8:58, Yoh. 17:5. Semua ayat itu menyatakan KETUHANAN Tuhan Yesus, yang menyatakan bahwa Ia adalah Allah dan setara dengan Allah.
            Dalam ayat-ayat ini terdapat dua kata Yunani yang rupanya sama, tetapi sebenarnya berbeda jauh. Dalam ayat 6 dikatakan mengenai Tuhan Yesus, “dalam rupa Allah”, dan dalam ayat 7 dikatakan, “menjadi sama dengan manusia”. Tuhan Yesus mempunyai segala sifat Allah dan Ia setara dengan Allah dan segala malaikat di surga melihat Dia dalam keadaan yang demikian. Dengan perkataan ini Paulus mengaku dan Menyebut Tuhan Yesus sebgai Allah.
            Tetapi kesetaraan dengan Allah itu tidak dianggap-Nya sebagai milik yang harus dipertahankan. Tuhan Yesus setara dengan Allah, tetapi Ia tidak mempertahankan kesetaraan itu, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, yang dapat juga diterjemahkan merendahkan diri-Nya. Ia telah meninggalkan kemuliaan dan ketinggian-Nya.
            Tuhan Yesus sudah menjadi manusia dengan segala kekurangannya. Ia telah memasuki kehidupan-Nya di atas bumi ini dengan cara dibatasi. Walaupun begitu, kemuliaan-Nya diselimuti oleh kemanusiaan-Nya. Namun ada waktu kemuliaan Tuhan Yesus bersinar menembus tirai kemanusiaan-Nya, misalnya pada waktu Ia dimuliakan diatas gunung di hadapan beberapa orang saja.

b.    Kemuliaan Kristus 2:9-11
            Peranan yang terbesar diambil oleh Tuhan Allah sendiri. Allah Bapa hendak berbuat sesuatu terhadap anak-Nya yang telah taat kepada-Nya. Ketaatan Kristus kepada Bapa-Nya sekarang diganti oleh kemuliaan yang datang dari Bapa. Bapa sendiri telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan meninggikan Dia serta member kepada-Nya suatu tempat yang tinggi dan mulia. Kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus adalah pekerjaan Bapa, berdasarkan ketaatan Kristus yang telah mati di atas kayu salib. Kemuliaan itu adalah sebagai “aminnya” Allah Bapa kepada perkataan Anak-Nya, “Sudah selesai.” Kemuliaan Tuhan Yesus adalah pahala kerendahan-Nya. “Barangsiapa yang merendahkan dirinya akan ditinggikan,” Kata Tuhan Yesus dan Ia sendiri menjadi teladan perkataan itu.
            Dalam ayat-ayat ini kelihatan Tuhan Yesus naik ke tempat kemuliaan-Nya yang tinggi yang pada-Nya sebelum Ia mulai merendahkan dan mengosongkan diri-Nya. Kerendahan Tuhan Yesus ialah dalam hal Ia telah menjadi manusia, tetapi kemuliaan dan kenaikan-Nya tidak berarti bahwa Ia melepaskan kemanusiaan-Nya.
            Tuhan Yesus telah merendahkan diri-Nya sendiri, tetapi Tuhan Allah telah meninggikan Dia. Bukan begitu saja, melainkan Tuhan telah telah mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Yang telah diberikan-Nya tidak lain daripada nama “Yesus” (ayat 10). Bukan Yesus Kristus, bukan Tuhan, bukan pula Yahua, ataupun suatu gelar kehormatan atau kemuliaan, melainkan “YESUS”, nama kemanusiaan itu, nama yang biasa kepada banyak anak Yahudi sebelum Maria memberikan nama itu kepada Tuhan Yesus. Segala makhluk akan mengaku kemuliaan dan kuasa nama Yesus, nama Manusia yang telah dibawa-Nya ke surga itu. Segala makhluk akan mengaku kemuliaan dan kuasa nama Yesus, nama manusia yang telah dibawa-Nya ke surga itu.
            Seperti yang dikatakan dalam Ef. 1:20-22, dan demikian pula dalam Wahyu 5:1-14 dan khususnya ayat 13 yang berbunyi demikian:  “Dan aku mendengar semua makhluk yang disorga dan yang dibumi dan yang dibawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: Bagi Dia yang duduk diatas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.”
            Ungkapan “yang di bawah bumi” berarti orang yang mati. Dalam ayat 10 hanya nama Yesus, nama sederhana yang menunjukkan kemanusiaan-Nya, yang dipakai, tetapi dalam ayat 11 nama dan gelar yang lengkap harus dipakai oleh makhluk yang mengakui Dia. Dalam ayat 10 nama-Nya sangat sederhana, tetapi dalam ayat 11 nama-Nya lengkap dan sempurna, yaitu Yesus Kristus adalah Tuhan. Kata “Tuhan” menyatakan bahwa Ia berdaulat serta memerintah. Tiap-tiap lutut akan sujud kepada-Nya dan tiap-tiap lidah akan mengaku Yesus adalah TUHAN dan KRISTUS. Pengakuan itu tidak sempurna kalau salah satu dari tiga nama itu ketinggalan dan tidak dipakai. Memang berbahaya kalau kita tidak mengaku ketiga nama itu, yaitu kalau Kristus atau Tuhan ketinggalan dan tidak dipakai. Kalau kita mengaku bahwa Dialah Tuhan dan bahwa Dialah Kristus dan hanya mengaku bahwa Ia adalah Yesus, maka itu berbahaya.

            Yesus adalah Tuhan dan Tuhan adalah Yesus. Dalam Yesus manusia telah masuk ke dalam Allah Tritunggal dan dalam Yesus Allah telah dipersatukan dengan manusia. Perkataan itu mengingatkan kita akan perkataan Daud dalam Mazmur 8:6-7, “Namun engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat”. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya.”  Soal yang penting untuk kita ialah: adakah pikiran Kristus ditaruh di dalam hati kita? Adakah pikiran kita di bawah perintah Tuhan Yesus?
            Ada orang yang berpendapat bahwa ayat-ayat 6-11 adalah suatu nyanyian yang dipakai dalam jemaat yang mula-mula. Tidak ada bukti yang pasti dan dalam hal ini sebaiknya kita berhati-hati dan jangan berkata dengan kepastian. Boleh jadi Rasul Paulus  memikirkan perkataan yang didapati dalam Yesaya 45:23 pada waktu ia menulis ayat-ayat. Tetapi pastilah Rasul Paulus digerakkan dan diilhami oleh Roh Kudus pada waktu ia menulis suratnya.     

        
6.    Menemukan Arti Kata dengan Cermat
1. Kata Nasehat berarti penghiburan. Artinya adalah bahwa pengiburan yang ada dalam Kristus wajib dinyatakan kepada orang lain, atau bahwa ada seruan dan nasehat dalam Firman Kristus untuk merindukan kesatuan (Yoh. 15:1-11). Persekutuan Roh merupakan seruan berdasarkan pemilihan bersama atas Roh (Ef. 4:4); atau dapat menunjuk pada ‘persekutuan’ yang adalah pekerjaan Roh. Kasih mesra secara harfiah “isi perut” yaitu tempat emosi menurut orang Yunani, seperti hati bagi kita.  
2. Pikiran dan sikap adalah dasar bagi perkataan dan perbuatan, dan memberi arah kepada jalan hidup
3. Mencari kepentingan sendiri. Kata ini (Yun: eritheia) sudah dipakai dalam 1:7, menunjukkan sikap mencari kepentingan diri sendiri, ambisi pribadi, golonganisme.
Rendah hati adalah terjemahan untuk suatu kata yang bagi orang Yunani mengandung pikiran tentang semangat yang nista dan rendah. Sebab itu adalah syarat yang sangat penting untuk melayani orang lain dan untuk meninggikan Tuhan, dan juga sangat penting untuk mempertahankan kesatuan dalam gereja. (Ef. 4:1-3). Dalam bahasa Yun: tiap-tiap adalah dalam bentuk jamak, artinya: masing-masing kelompok, dengan demikian menunjuk kepada golongan-golongan.
5. cara terbaik bagi Paulus untuk mengajarkan peri kerendahan hati ialah dengan memalingkan pikiran kawan-kawannya di Filipi kepada teladan Kristus, supaya pikiran tentang kristus yang merendahkan dan mengorbankan diri itu membentuk sikap mereka.
6. Paulus mengutip nyanyian gubahan sebelumnya untuk memuji Tuhan yang prawujudiah, berinkarnasi dan dimuliakan. Nyanyain itu disini dipakai dengan tepatnya, Bait pertama bicara tentang kemuliaan dan kebesaranNya sebelum inkarnasi.
7. Menceritakan tiga langkah dalam perendahan Dirinya – mengosongkan diri dari kemuliaan-Nya, memilih bertindak sebagai hamba ketimbang sebagai Tuhan atas segala sesuatu, dan walaupun sungguh-sungguh Allah, mengenakan pada Dirinya kemanusiaan kita. Makna turunnya Kristus sedalam mungkin, yaitu setelah merendahkan diri menjadi manusia, maka Dia menjalani ‘suatu hidup yang mutlak taat’ (Rm. 5:19; Ibr. 5:8-9), bahkan sampai pada kematian. Kematian itu adalah kematian di kayu salib, kematian dengan kesakitan yang tak terbayangkan dan yang sangat memalukan, kematian yang bagi orang Yahudi berarti bahwa yang mati itu dienyahkan di luar umat perjanjian milik Allah (Ul. 21:23; Gal. 3:13).
11. Tiga bait terakhir bicara tentang penulisanNya oleh Bapa sebagai imbalan dari perendahan dan pengorbanan Dirinya (Ibr. 2:9). Kepaadanya diberikan nama diatas segala nama. Yang dimaksudkan bukanlah gelar, melainkan kehormatan dan kekuasaan tertinggi atas segala makhluk (Ef. 1:20-22). Yesus Kristus adalah Tuhan (1 Kor 12:3; Rm. 10:9).
Mengenai ayat 2. “Hendaklah kamu... menaruh pikiran ini,” arti ayat ini ialah bahwa macam hidup yang kita miliki dalam Kristus Yesus mesti membentuk sikap kita di dalam persekutuan yang kita miliki di antara kita sendiri.
7.    Walaupun Dia dalam rupa Allah. Di sini dipakai dua perkataan Yun: 1). Hyparchon, suatu kata yang kuat, lebih kuat ketimbang ‘ada’ yang biasa. Ini bicara tentang Dia yang dulu dan yang sekarang tidak berubah, dan senantiasa ada dalam rupa Allah. Dan yang kedua dari kata morphe bicara tentang bentuk yang tetap, atau yang sangat dekat artinya dengan istilah filosofis. Itu bukan hadiah untuk direnggut suatu tindakan perampokan untuk memperoleh hak-hak istimewa itu.  Justru dengan percaya dan tanpa gentar Dia merendahkan DiriNya sendiri dan menanggalkan kemuliaan-Nya. Kesetraan dengan Allah mungkin tidak berarti sama dengan rupa Allah melainkan kemuliaan dan kehormatan dari kedudukan di samping Allah.
8.    Ay. 6 mengandung pengertian bahwa ‘Dia mengambil rupa hamba sementara Dia memegang teguh . mengambil rupa sama dengan yang terdapat dalam ay.6, dan menunjukkan bahwa Dia adalah sungguh-sungguh seorang hamba, bukan hanya nampaknya saja (Mrk.10:45). Keserupaan (Yun: homoioma) tidak boleh diartikan sebagai kesamaan tanpa kenyataan yang sepenuhnya; Dia adalah sungguh-sungguh manusia (Rm. 8:3, Gal. 4:4).
9.    Dia adalah sungguh-sungguh dalam keadaan manusia sebagai manusia; tapi disini keadaan adalah terjemahan suatu kata Yun yang lain, yang dapat diterjemahkan rupa atau realisasi kata yang berbicara tentang sesuatu yang lebih sementara (1 Kor 7:31). Rupa (morphe) Allah adalah rupa Dia dari mula. Kemudian Dia mengambil rupa (schema) manusia. Dia merendahkan diriNya. Kata kerja yang dipakai disini ialah seasal dengan kata benda dalam ayat 3. Bahwa pemuliaan yang sebenarnya datang hanya dengan jalan perendahan diri (Mat. 23:12; Yak. 4:10; 1 Pet. 5:5-6). Bagi kemuliaan Allah, Bapa!  ini ditambah dengan menunjukkan bahwa kemuliaan kemana Kristus diangkat sama seklai tidak terlepas dari Bapa (1 Kor. 15:28).
           





7.    Mengaplikasikan Arti Teks
            Mementingkan persatuan diantara orang-orang percaya dan ia telah menyatakan kerendahan hati yang sejati dan kemuliaan kerendahan hati.




KESIMPULAN
            Jikalau manusia yang pertama taat kepada Tuhan, tentu ketaatannya membawa hidup kepadanya.  Tetapi sebab ia melanggar hukum Allah, maka pelanggarannya mendatangkan kematian kepada manusia. Kristus harus taat kepada kematian dan Ia telah berbuat demikian. Ketidaktaatan Adam mendatangkan kematian. Ketaatan Tuhan Yesus kepada Allah membawa kita keluar dari kematian kepada hidup. Dalam kenaikan dan kemuliaan-Nya juga terdapat tujuh langkah naik. Dalam Perjanjian Baru dikatakan mengenai kenaikan dan kemuliaan-Nya, Ef. 1:20-23; Why. 5:11-13; 19:11-16; I Kor. 15:24-28, dan nasihat Rasul Petrus dalam I Pet. 5:5-7. Betapa nama Yesus itu dimuliakan, bahkan akan dimuliakan sampai selama-lamanya. Betapa indah nama Yesus yang dinyatakan dalam nama-nama yang diberikan kepada-Nya dalam Alkitab, dan lagi dalam nyanyian-nyanyian yang dipakai dalam jemaat. Ribuan nyanyian dikarang tentang nama Tuhan Yesus yang manis dan merdu, yang memberi penghiburan kepada orang yang percaya akan nama itu. Nama Yesus dapat dipakai dalam segala bahasa dunia ini. Nama itu cocok dengan segala bahasa. Nama itu untuk segala bangsa. Kalau disebut dalam permintaan doa, nama itu membawa berkat dari Tuhan kita yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.   






DAFTAR PUSTAKA
Brill, Wesley. Tafsiran Surat Filipi. Yayasan Kala Hidup. Bandung : 1977.

Tafsiran Alkitab Masa Kini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Desain Pembelajaran IDI

Makalah Tentang Roh Kudus