Konflik Moralitas Di Era Modernisasi Bagi Guru-Guru PAK

                                                               BAB I PENDAHULUAN    


     Usaha mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan sudah menjadi keprihatinan utama manusia sejak permulaan sejarah. Penelitian tentang kondisi kehidupan masyarakat modern menunjukkan bahwa manusia masih terus berkelimpungan di antara tumpukan pengetahuan dan pengalamannya. Waktu terus berjalan dan sains dan teknologi semakin maju dan mampu menembus dunia mikroba hingga planet-planet yang tersebar jauh dari bumi. Sikap antusias dan daya tarik manusia untuk menyelami alam penciptaan telah mengukir sejumlah prestasi luar biasa. Tujuan dari semua upaya itu adalah untuk mengantarkan manusia pada ketenangan, kedamaian, dan kesejahteraan. Akan tetapi, hampir semua capaian itu tampaknya memberikan hasil berbalik.
     Saat ini manusia menikmati banyak sarana kesejahteraan, tapi ketenangan mereka justru semakin terkikis. Para pakar semakin banyak, tapi problema yang dihadapi manusia juga kian kompleks. Gaya hidup mereka mengarah pada konsumerisme, tapi kepuasan semakin berkurang. Manusia terbang ke luar angkasa dan kembali lagi ke bumi, tapi mereka gagal menciptakan hubungan yang bersahabat dengan orang-orang terdekatnya. Manusia telah menaklukkan alam, tapi mereka masih asing dengan dirinya sendiri. Kemanusiaan adalah kata yang tersebar luas di buku-buku ilmiah, sementara hak asasi manusia adalah sebuah frasa untuk menghiasi resolusi dan konvensi internasional.
     Dengan semua kemajuan itu, manusia dan kemanusiaan masih menjadi korban terbesar era modern atau modernisasi

                                                                         BAB II                   
                               Konflik Moralitas Di Era Modernisasi Bagi Guru-Guru PAK 

Defenisi 

Era Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak yaitu keadaan yang tradisional berubah menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Menurut Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dan kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis /instan dan politis. Sedangkan, Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang berarti kebiasaan/ tindakan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”. Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah; berdisiplin dan sebagainya.

Pengaruh Modernisasi

      Modernisasi sekarang ini seperti kehilangan arah dan tujuan. Manusia terjebak pada lingkaran dampak globalisasi yang lebih mengedepankan corak hedonisme dan apatisme (acuh tak acuh, tak peduli). manusia saat ini juga bersifat anarkisme dalam menyuarakan kepentingan rakyat, bahkan banyak masyarakat yang menganggap manusia sekarang disibukkan oleh tawuran dan bentrokan. Sehingga pada akhirnya keamanan masyarakat menjadi terganggu dan kehidupan pembelajaran di lembaga pendidkian atau sekolah tidak kondusif yang menimbulkan adanya kekhawatiran adanya krisis moral manusia yang seharusnya menjadi agen perubahan sosial menjadi lebih baik namun terhalang oleh kebahagiaan dunia semata. Baik media cetak maupun elektronik, yang biasa kita baca dan saksikan setiap hari, semuanya menyajikan bacaan dan tontonan yang tak jarang kurang memperhatikan moralitas, sopan santun, dan etika. Sehingga secara langsung para pembaca dan pemirsa dapat terpengaruh moral dan tingkah lakunya. Tak hanya itu saja, dari segi ilmu pengetahuan kita memang memperoleh banyak manfaat dari era globalisasi/ Modernisasi ini.
     Namun, dari segi kebudayaan, kita lebih mendapatkan banyak pengaruh negatif.

                                Konflik Moralitas Di Era Modernisasi Bagi Guru Guru PAK 

     Pada jaman dulu, jauh sebelum era globalisasi informasi, profesi dan posisi guru konon dihormati. bahkan dalam berbagai upacara dan perayaan, mereka duduk di deretan utama, berpenampilan yang sopan dan berwibawa. Namun kini wibawa para guru di mata murid – murid pun kian jatuh. Sikap dan pandangan masyarakat seperti itu memang tidak sepenuhnya tanpa alasan bersumber dari para guru . Namun ada sebagian guru yang terbukti memiliki sikap moralitas yang kurang baik di Era Modernisasi, yaitu :

Konflik terhadap Gaya Hidup 

     Gaya hidup guru PAK sekarang banyak yang juga senang untuk mengejar penampilan. Guru- guru perempuan juga berlomba untuk membeli assessories, pakaian, perhiasaan agar mereka bisa tampil menarik seperti figur-figur dalam televisi atau orang orang yang datang dari metropolitan- sebagai pembawa kultur baru, Karena kesibukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangan dunia, sebahagian guru cendrung kehilangan waktu untuk menyiapkan diri menjadi guru yang professional. Ada beberapa guru tak punya waktu untuk belajar, menyiapkan perangkat pengajaran, menyiapkan soal-soal ujian dan memeriksa ujian dan pekerjaan anak didik.
     Tetapi untuk berbagi gossip dan menonton tetap selalu ada waktu. Tidak salah kalau guru-guru juga mengejar dan memenuhi kebutuhan penampilan. Guru juga punya kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan luks. Atau mereka juga perlu memenuhi kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan psikologi sampai kepada kebutuhan untuk aktualisasi diri. Namun, juga sangat tepat kalau mereka juga peduli untuk menajamkan kemampuan kompetensi mereka sebagai guru yang professional ini semua bukan salah Modernisasi tetapi sikap Moralitas yang diambil guru di era Modernisasi.

Konflik Memberi Hukuman 

     Guru PAK memang seseorang yang mempunyai otoritas di kelas sama halnya dengan guru guru lain, oleh sebab itu apapun yang diperintahkan oleh guru PAK akan selalu dipatuhi oleh muridnya, seperti dalam hal hukuman, menghukum siswa memang merupakan salah satu bentuk didikan kepada para murid atas kesalahan yang dilakukannya. Namun sebagai pendidik, sudah selayaknya memberikan hukuman yang mendidik dan dapat memberdayakan murid-muridnya. Hukuman yang memberi efek positif akan dapat diterima oleh murid dengan senang hati dan akan dilaksanakan karena mempunyai tujuan pada perubahan sikap dan perilaku belajarnya, itulah didikan guru PAK yang sesungguhnya.
     Pemberian hukuman juga harus dipantau untuk mengetahui seberapa efektifnya bagi murid, namun moralitas guru PAK semakin berkurang dalam hal menghukum siswa, ditengah perkembangan modernisasi justru guru PAK sudah tidak ada bedanya lagi dengan guru guru yang lain, kalau guru umum suka memukul dengan Fisik, justru sekarang lebih cenderung menghukum anak dengan Fisik atau mental padahal jarang dulu ditemukan guru PAK menghukum siswanya seperti diatas. Memang pada dasarnya tidak sepenuhnya itu karena modernisasi yang berubah, tetapi perkembangan ini mempengaruhi sikap moral guru PAK dalam menghukum anak didik. Seperti dikutip di http://www.klikbalikpapan.co/berita-6038-kepsek-kecolongan-guru-agama-kristen-mengaku-khilaf-memukul-siswanya.html.

Konflik Moral Berbicara 

     Sangat tidak asing lagi kalau konflik moral di era sekarang beberapa guru Agama sudah tidak mencerminkan sikap yang baik dalam berkomunikasi, komunikasih adalah jalan utama untuk menyatukan hubungan yang baik dengan orang lain, nyatanya justru guru Agama ada beberapa yang mengatakan kepada siswa, kamu kaya binatang atau kelakuan mu kaya tidak punya otak, ini membuktikan kebiasaan guru/ moralitas di era Modernisasi semakin berkurang.

Merokok di Kelas 

     Merokok dilingkungan sekolah merupakan perbuatan yang tak patut bagi seorang guru Agama, apalagi jika merokok itu sambil menerangkan pelajaran didepan kelas dengan sesekali menghisap rokok. Kebiasaan ini akan mempengaruhi Anak untuk melakukan apa yang dilakukan gurunya.

Dintinjau Dari Pengajarannya Di Kelas, Konflik Sikap Guru PAK di Era Modernisasi, 

yaitu :

TIPUS:
     Tidak punya selera. Ketika lonceng tanda masuk telah berbunyi, guru yang mempunyai gejala tipus, masih berpur-pura mempersiapkan diri mencari buku-buku persiapan mengajar. Setelah itu mencari teman sejawat yang juga masuk kelas bersamaan pada jam tersebut untuk diajak ngobrol terlebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena guru tidak mempunyai persiapan yang matang sebelum masuk kelas.
 MUAL:
     mutu amat lemah. Tanda-tanda mual ini dapat dari kepemilikan sumber bacaan dan sumber informasi yang dimiliki guru, bahan refrensi pembelajaran sudah ketinggalan jaman, dan banyak guru yang alergi dengan persiapan yang banyak, karena disibukkan dengan factor lain misalnya Medsos dll.
KUDIS:
     Kurang disipilin. Pemanfaatan waktu yang kurang efektif saat berinteraksi dengan peserta didik, ini menyebabkan kegiatan pembelajara selesai sebelum lonceng keluar dibunyikan.
ASMA:
     Asal masuk kelas. Banyak yang beranggapan bahwa kalau guru masuk kelas tidak membawa buku adalah guru yang hebat, padahal setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu mengalami perkembangan sesuai kemajuan informasi dan teknologi, dan guru tidak menyadari bahwa informasi yang diperoleh peserta didik sudah melebihi pengetahunan dan keterampilan yang dimiliki guru.
 TBC:
     Tak bisa computer. Penyakit ini dapat dilihat pada pelaksanaan Uji Kompetnsi Guru, dari kemampuan menjinakkan mouse di depan komputer, membuka internet, dan mengaskes materi pembelajaran. KUSTA: Kurang strategi Strategi pembelajaran merupakan hasil yang sangat penting dalam belajar. Secara umum guru kurang menguasai strategi belajar sehingga banyak siswa yang keluar-masuk saat dia mengajar adalah salah satu ciri penderita kusta.
KRAM:
     Kurang terampil Keterampilan seorang guru dalam mengelola kelas, belumlah cukup untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Kemampuan individual guru dalam penguasaan materi, penggunaan alat-alat laboratorium dan evaluasi yang tepat adalah faktor utama dalam pembelajaran.
ASAM URAT:
     Asal Sampai materi kurang akurat Penyakit asam urat terjadi bila saluran pembulu darah mengalami gangguan, demikian juga guru yang merupakan yang saluran informasi kepada siswa mengalami gangguan,apa yang terjadi? Guru tidak memiliki motivasi, tanggungjawab moral atau sosial sehingga pembelajaran hanya berupa informasi sekilas untuk mencapai target kurikulum


 DAFTAR PUSTAKA


Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press Isjoni. 2006. Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Buku Obor. Setiadi, Elly M. 2011. Pengantar Soiologi. Jakarta: Prenada Media Group Noor, Rohinah M. 2011. Pendidikan Karakter Berbasis Karakter : Solusi Pendidikan Moral Yang Efektif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wisok, Yohanes P. 2009. Etika: Mengalami Krisis, Membangun Pendirian. Bandung: Jendela Mas Pustaka Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulthon. 2011. Ilmu Pendidikan. Kudus: Nora Media Enterprise.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Model Desain Pembelajaran IDI

Makalah Tentang Roh Kudus

Eksposisi Kitab Filipi 2:1-11